Jumat, 16 Mei 2014

Psikologi tanggung jawab dan ingkar janji


Penyebab mengapa ada orang yang sering ingkar janji, mengapa ada orang yang menghianati kata-katanya sendiri? Paling tidak ada beberapa alasan.
Pertama, mungkin ketika orang itu bicara, ia tidak memikirkan dampak, akibat, resiko atau konsekwensi dari apa yang ia katakan. Kebanyakan dari kita, kalau bicara sering terlalu cepat dan tanpa dipikir atau dipertimbangkan dengan matang.. Para ahli ilmu jiwa pernah mengemukakan bahwa dari keempat macam temperamen manusia, temperamen sanguine memiliki ciri lebih cepat berkata-kata tanpa dipikir atau melalui proses nalar lebih dahulu. Namun terlepas dari itu semua, setiap kita, apapun golongan temperamennya, berpotensi untuk gagal dalam mempertanggung jawabkan apa yang kita pernah ucapkan. Factor yang memegang peranan penting dalam hal ini adalah emosi. Emosi telah mengalahkan nalar kita. Emosi telah mendorong kita menyampaikan sesuatu tanpa melalui seleksi nalar kita. Saya tidak mengatakan bahwa emosi tidak penting.
Tidak! emosi sangat penting, namun ketika kita menyampaikan sesuatu tertutama yang berkaitan dengan janji, komitmen atau pernyataan-pernyataan kita sebaiknya melibatkan dua hal. Emosi dan juga nalar kita.
Kedua, keegoisan kita. Pada umumnya ketika kita berkata-kata, entah itu menyangkut komitmen pribadi, komitmen bersama, janji pribadi atau apapun juga yang berkaitan dengan kata-kata kita, sudah dipastikan menyangkut pihak-pihak lain diluar diri kita. Bisa orang lain, bisa alam apalagi tentunya Tuhan kita. Pada dasarnya apa yang kita katakan itu selalu mengikat atau wajib dipertanggung jawabkan. Dan orang yang meminta pertanggung jawaban itu adalah pihak-pihak di luar diri kita. Memang sifat mengikat ini ada yang dibuat lebih formal dengan dituliskan dan ditetapkan menjadi sebuah tulisan berkekuatan hukum, namun lebih banyak sifat mengikat ini dibuat dalam bentuk lisan dan dibangun diatas dasar saling mempercayai.
Kebanyakan dari kita juga bisa demikian. Karena ego, kita akhirnya menolak mempertanggung jawabkan apa yang pernah kita katakan. Saya ambil contoh, misalnya seseorang yang berkomitmen untuk mau terlibat dalam sebuah organisasi. Pada awalnya memang ia terlihat begitu bersemangat membuktikan komitmennya, organisasi tersebut mulai berkembang dan mulai menunjukkan hasil menggembirakan. Tetapi ketika ia mulai tidak senang dengan seseorang dalam organisasi tersebut, secara perlahan-lahan ia mengundurkan diri. Akhirnya organisasi itu berjalan di tempat dan sulit berkembang. Organisasi kehilangan seseorang yang memiliki sumber daya bagus.dan dari jauh orang tersebut melihat dan menertawakan “kebangkrutan”organisasi tersebut. Dari kisah ini, kita melihat bahwa pertama, ego orang tersebut telah mengalahkan tanggung jawabnya terhadap komitmen yang pernah ia buat. Egonya terbungkus dengan “ketidak senangannya” terhadap seseorang di organisasi tersebut. Kedua, orang tersebut tidak menyadari bahwa komitmen (perkataan atau janji) awalnya telah melibatkan banyak orang. Sehingga ketika ia mengundurkan diri, akibatnya orang lain (termasuk organisiasi) ikut dirugikan. Ketiga, ia tidak menyadari bahwa komitmen awalnya itu bersifat mengikat (meskipun tidak tertulis) dan berakibat kepada konsekwensi-konsekwensi dimana pada masa-masa mendatang ia di anggap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya, tidak konsisten dan tidak bertanggung jawab bukan?.
Penyebab ketiga adalah Faktor kebiasaan. Ke-inkonsistenan seseorang terhadap apa yang di ucapkan bisa juga disebabkan karena factor kebiasaan atau adat istiadat.

1 komentar:

  1. Terimakasih sudah memberi sumber inforamsi untuk tugas saya. semoga bermanfaat

    BalasHapus